Tidak sama dengan Budi daya perairan.
Fasilitas akuakultur ikan koi intensif di Israel
Aqua-Boy, kapal Norwegia yang digunakan untuk mengangkut ikan hidup
Terdapat permintaan yang tinggi untuk ikan di seluruh dunia sehingga menyebabkan
overfishing di sektor
perikanan tangkap. Budi daya ikan menyediakan sumber alternatif penyediaan ikan. Namun, budi daya ikan karnivora seperti
salmon tidak selalu mengurangi usaha perikanan tangkap karena nutrisi yang dibutuhkan ikan salmon spesifik dan seringkali sulit dibudidayakan, seperti ikan kecil yang mengandung
minyak ikan yang menjadi mangsa utama ikan salmon di alam liar. Namun ilmuwan kini telah mengembangkan pakan alternatif berbasis tumbuhan untuk budi daya ikan karnivora.
[2]
Berdasarkan data
FAO, total ikan yang dibudidayakan secara global pada tahun 2008 mencapai 33,8 juta ton dengan nilai mencapai US$60 miliar.
[3]
Spesies utama
Spesies utama ikan yang dibudidayakan pada tahun 2010 |
Budi daya air tawar | Hasil (ton) | Budi daya air laut | Hasil (ton) | Budi daya air payau | Hasil (ton) |
Ctenopharyngodon idella | 4,337,114 | Salmo salar | 1,421,647 | Epinephelus tauvina | 3,677,691 |
Hypophthalmichthys molitrix | 4,116,835 | Larimichthys crocea | 378,622 | Mugil cephalus | 333,322 |
Catla catla | 3,869,984 | Epinephelus tauvina | 215,028 | Oreochromis niloticus | 107,489 |
Cyprinus carpio | 3,444,203 | Salmo trutta | 143,751 | Lates calcarifer | 49,234 |
Hypophthalmichthys nobilis | 2,585,962 | Seriola quinqueradiata | 139,077 | Oxyeleotris marmorata | 34,123 |
Carassius carassius | 2,217,798 | Sparus aurata | 118,212 | Dicentrarchus labrax | 23,313 |
Oreochromis niloticus | 1,990,275 | Lateolabrax japonicus | 107,903 | Oreochromis mossambicus | 17,103 |
Labeo rohita | 1,167,315 | Dicentrarchus labrax | 102,538 | | |
| | Pagrus auratus | 73,924 | | |
Metode
Pemeliharaan ikan dapat dilakukan dengan berbagai metode di berbagai tempat. Metode yang paling banyak digunakan adalah dengan menggunakan
kolam ikan, tangki
akuaponik, dan
kandang.
Akuaponik
Akuaponik adalah
sistem budi daya berkelanjutan yang mengkombinasikan
akuakultur dan
hidroponik dalam lingkungan yang bersifat
simbiotik. Dalam akuakultur yang normal,
ekskresi dari hewan yang dipelihara akan terakumulasi di air dan meningkatkan toksisitas air jika tidak dibuang. Dalam akuaponik, ekskresi hewan diberikan kepada tanaman agar dipecah menjadi
nitrat dan
nitrit melalui
proses alami, dan dimanfaatkan oleh tanaman sebagai nutrisi. Air kemudian bersirkulasi kembali ke sistem akuakultur.
Karena sistem hidroponik dan akuakultur sangat beragam bentuknya maka sistem akuaponik pun menjadi sangat beragam dalam hal ukuran, kerumitan, tipe makhluk hidup yang ditumbuhkan, dan sebagainya.
[5]
Kandang
Kandang ikan adalah kandang yang ditempatkan di danau,
kolam,
sungai, atau
laut untuk melindungi ikan hingga ikan siap dipanen.
[6][7] Kandang dapat didesain dari berbagai jenis bahan. Ikan yang dipelihara di dalam kandang dapat diberi pakan maupun dibiarkan memakan pakan yang datang dari lingkungan sekitarnya. Tipe pemeliharaan dengan kandang memiliki keuntungan yaitu dapat dipelihara sesuai dengan habitat ikan tersebut (air tawar, payau, atau laut) sehingga spesies ikan yang dipelihara sangat beragam. Kandang ikan juga dapat dipelihara bersamaan dengan pemanfaatan air lainnya seperti rekreasi dan
irigasi.
[8] Kekurangan sistem kandang adalah risiko lepasnya ikan ke lingkungan. Jika spesies ikan yang dipelihara bukan spesies endemik, dapat menjadi
spesies invasif.
[9] Pencemaran perairan setempat dapat menjadi risiko bagi ikan yang dipelihara dan begitu juga sebaliknya, pemeliharaan ikan dapat menyebabkan pencemaran lokal, terutama dari sisa pakan dan obat-obatan. Penyakit dan hama dapat berpindah lebih mudah dari lingkungan ke kandang dan sebaliknya.
Logam
paduan tembaga banyak digunakan sebagai bahan untuk membuat kandang karena memiliki sifat
antimikrobadan algasida sehingga dapat mencegah menempelnya organisme di rangka kandang (
biofouling)
Budi daya ikan komposit
Budi daya ikan secara komposit adalah teknologi yang dikembangkan di India pada tahun 1970an dengan mendayagunakan ikan lokal dan ikan non-lokal yang dikombinasikan. Ikan-ikan tersebut dipilih karena memiliki jenis makanan dan cara makan yang berbeda-beda. Pada percobaan di India, ikan yang digunakan adalah
Cirrhinus cirrhosus dan
ikan mas sebagai konsumen dasar kolam, ikan
Labeo rohita yang memakan di antara permukaan dan dasar kolam, dan ikan
Catla catla dan
Hypophthalmichthys molitrix sebagai konsumen permukaan. Ikan yang mampu memakan feses dari ikan lain juga bisa dipelihara sehingga meningkatkan efisiensi pakan. Metode ini mampu memproduksi hingga 6000 kg ikan per hektare per tahun.
[10][11]
Permasalahan
Permasalahan pada budi daya ikan pada dasarnya sama dengan permasalahan pada
budi daya perairan. Yang paling menonjol adalah efisiensi pada budi daya ikan karnivora, seperti budi daya salmon, yang membutuhkan nutrisi lebih banyak dari yang dihasilkannya. Namun kebutuhan pasar terhadap ikan salmon masih tinggi sehingga pembudidayaan masih berkembang. Para pembudi daya sudah mampu mensubstitusi protein menggunakan sumber dari tumbuhan, namun kebutuhan lemak, terutama Omega 3, masih sulit untuk dipenuhi dari sumber tumbuhan sehingga masih membutuhkan suplai dari hewani.
Permasalahan berikutnya adalah kepadatan ikan yang dipelihara jauh melebihi kepadatan di habitat alaminya, hingga mencapai 6 ekor per meter persegi.
[12] Kepadatan yang tinggi dapat menyebabkan luka pada ikan karena tingginya kontak dan gesekan antar ikan dan dengan komponen kandang. Konsentrasi amonia dari urin dan feses ikan yang tinggi juga dapat berdampak pada kesehatan ikan.
Meski demikian, beberapa jenis ikan juga cenderung membentuk populasi dengan kepadatan tinggi di alam liar (
fish school) seperti ikan
herring, untuk memudahkan mencari mangsa dan menghindari predator. Para pembudidaya mencoba untuk mengoperasikan sistem pemeliharaan yang sesuai supaya tidak mengurangi rasio konversi pakan (kg pakan kering/kg hasil daging ikan). Pengukuran tingkat kesejahteraan hewan menjadi salah satu metode ilmiah dalam menentukan kesuksesan budi daya ikan.
[13]
Pembudidayaan dengan kepadatan tinggi dapat menyebabkan
kerusakan habitan di sekitar area pemelihataan. Tingginya feses yang diproduksi dengan campuran sisa pakan dan obat-obatan dapat mencemari perairan setempat.
[14] Dekomposisi sisa pakan dan feses dapat meningkatkan populasi bakteri yang mampu menguras kandungan
oksigen terlarut sehingga mampu membunuh kehidupan di perairan. Berbagai usaha budi daya seringkali berpindah setelah tempat awal sudah tidak sehat sehingga nelayan yang mengusahakan
perikanan tangkap menjadi terganggu oleh kerusakan lingkungan yang diakibatkan para pembudidaya berpindah ini.
[15]
Kekhawatiran terhadap keberadaan penyakit dan parasit ikan membuat para pembudidaya menggunakan obat-obatan dan antibiotik untuk menjaga agar tingkat kematian ikan tidak tinggi (meski tidak 100 persen sembuh
[16]). Dalam banyak kasus, terutama pemeliharaan di alam terbuka menggunakan sistem kandang, obat-obatan dan antibiotik ini mampu mengalir ke lingkungan di luar area pemeliharaan sehingga mempengaruhi ekosistem sekitar.
[17] Penggunaan
antibiotikjuga dapat menyebabkan hama dan penyakit lebih tahan sehingga menciptakan
resistansi antibiotik. Antibiotik juga bersifat persisten dan dapat terkonsumsi oleh manusia. Pemanfaatan vaksin kini lebih ditekankan untuk mengurangi penggunaan obat-obatan dan antibiotik.
Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Budi_daya_ikan